Di beberapa daerah di pulau Jawa, sepertinya sedang ngetrend bermain burung kecil, seperti halnya burung Pleci atau disebut juga sebagai burung Kacamata. Burung Pleci yang termasuk dalam keluarga Zosteropidae, yang mencakup dalam kelompok burung pengicau (Passeriformes) kecil yang tersebar di berbagai daerah tropis, dan berada dalam genus Zosterops.
Burung Pleci ini memiliki kemampuan berkicau yang luar biasa, bisa teler sambil mengeluarkan variasi kicauannya yang sangat enak di telinga.

Pleci (burung Kacamata)

sumber: ciblekkita
Burung Pleci pada dasarnya adalah burung periang, sehingga walaupun berasal dari tangkapan hutan dan dipelihara tidak berapa lama, burung ini pun pasti senang berkicau. Selain itu burung Pleci pun cepat beradaptasi dengan lingkungan manusia.

Dalam memilih burung Pleci yang akan kita persiapkan untuk mengikuti kontes tentunya punya kiat-kiat tersendiri. Bagi penggemar berduit tentunya hal ini tidak masalah, tinggal beli saja yang sudah juara. beres ...
Tapi bagi penggemar yang lebih suka mencetak burung dari 0, atau mungkin isi kantong pas-pasan, sehingga beli yang baru ditangkap dari hutan, yang tentunya lebih murah, berkisar dari harga Rp. 15.000 - Rp. 25.000 saja.

Pemilihan burung prospek, bagaimana caranya ? kebanyakan yang baru ditangkap tidak berbunyi atau cuma bunyi "cuiiiit" saja.

Mari kita lihat beberapa kiat di bawah ini:
  • pilih yang jantan
  • agresif (suka bergerak)
  • ukuran tubuh sedang, (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil)
  • bentuk ekor yang rapi tidak rusak dan tidak terpecah
  • sering mengeluarkan bunyi "tiiit" atau "cuiiit"
  • tatapan mata yang tajam

Memilih burung Pleci Jantan:
Dalam memilih burung Pleci jantan agak susah, karena sekilas burung jantan dan betina terlihat sama. Tapi kalau kita lebih seksama dalam memilih, sekitar 80% pilihan kita beruntung dapat yang jantan.
  • bentuk ekor lebih lebar dan lebih panjang
  • kepala terlihat lebih besar
  • cincin lingkaran di mata lebih putih dan lebih tebal
  • paruh lebih tebal

Apabila ingin memilih Pleci betina:
ciri-ciri utama pada Pleci betina, lihat pada cincin lingkaran di sekitar mata lebih tipis, kepala agak kecil dan ekor lebih pendek.

semoga sukses dan bermanfaat.
Di Singapur (Singapore), ternyata ramai juga para penggemar burung, beberapa jenis burung yang populer di Indonesia, ternyata populer juga di Singapur, seperti Muraibatu, Kacer dan lain-lain. 

Merbah Jambul Albino
Saat ini yang tetap memiliki penggemar banyak adalah burung Merbah Jambul. Beberapa burung Merbah Jambul yang berhasil menjuarai suatu even lomba burung, biasanya langsung memiliki harga yang tinggi. Hal ini mirip seperti di Indonesia. Hanya saja di Indonesia, burung Merbah Jambul kurang mendapat hati di penggemar burung kicauan.

Di Singapur, baru-baru ini seekor burung Merbah Jambul Albino mendapat tawaran sebesar $12.000, dan terakhir mendapat tawaran lain sebesar $16.000. Tapi sang pemilik belum berniat untuk menjualnya. 

Kasus tawar menawar burung ini mirip dengan yang terjadi di Indonesia. Tawar menawar burung yang telah meraih prestasi lazim terjadi. Hal ini tentunya semakin membuat para penggemar burung kicauan semakin bergairah mencetak burung-burungnya untuk menjadi burung jawara.

sumber fotoshamaclubsingapore
Pernah punya Kacer yang tidak mau ganti bulu ? Ganti bulu pada beberapa daerah memiliki sebutan yang berbeda. Ada yang mengatakan "Mabung", "Bluruh", "Rontok Bulu" dan lain-lain.

Pada beberapa kacer yang mengalami tingkat stres pada bulu, akibat pemberian extra fooding yang jor-joran, dengan maksud meningkatkan performa burung. Tapi apa daya, sesaat memang burung bertambah fight, tapi efek lain berdampak pada bulu burung yang semakin kusam dan pada saat seharusnya burung memasuki ganti bulu, ternyata sang burung kacer tidak berganti bulu, bahkan performa burung pun semakin menurun. Kadang-kadang burung kacer pun jadi agak malas bunyi. Bahkan kadang-kadang timbul perilaku aneh seperti mematuk bulu ekor dan lain-lain.

Dalam keadaan seperti ini, si pemilik burung biasanya mencoba berbagai macam obat-obatan perontok bulu,  awalnya beberapa helai burung terlihat seperti hendak rontok, tapi tetap saja burung tidak mau rontok bulu, dan berganti dengan bulu baru. Alhasil, si pemilik pun berniat menjual burung nya dengan harga "obral". Sayang kan, apabila seandainya itu adalah burung bagus, atau burung prestasi.

Beberapa orang teman, pernah mengalami hal semacam ini, dan ada yang berhasil dan banyak juga yang gagal dan berakhir terjualnya si burung ke orang lain. Tapi, apa yang terjadi, begitu pindah tangan ke orang lain, ternyata si burung mau rontok bulu, dan kembali menjadi burung yang bagus dan berprestasi. Hal ini tentu menjadi penyesalan bagi si pemilik burung pertamanya.

Jadi bagaimana ?
Ini ada pengalaman seorang teman, mungkin berhasil, mungkin juga tidak, tapi bisa dicoba, kan ?

Burung Kacer seorang teman, pernah mengalami tidak mau berganti bulu selama hampir 2 tahun. Di bagian leher dan dada, sampai botak tidak mau tumbuh bulu. Menurutnya, akibat pemberian ulat hongkong dan ulat kandang yang berlebihan. Awal pemberian ulat hongkong dan ulat kandang, burung sangat fight, dan selalu mendapat hasil yang memuaskan di setiap even lomba burung, tapi 1 tahun terakhir, burung tidak kerja maksimal, mungkin akibat kondisi bulu yang parah, sehingga burung di even lomba, hanya berbunyi sekedarnya, dan pulang tanpa hasil apa-apa.

Setelah mencoba beberapa resep dari orang, dan ternyata tidak berhasil juga. Upaya terakhir, akhirnya mencoba dengan cara mengganti pakan burungnya, yang tadinya bermerek bagus, menjadi pakan ala kadarnya, yaitu memberi BR 1 (sejenis pakan ayam). Dan sangkar burung dikerodong dengan kain agak gelap, dan menggantungnya di ruangan yang beratap seng. Dengan tidak memberi extra fooding apapun pada si burung, hanya memberikan sebuah bak kecil dalam sangkar serta pakan BR 1. Burung pun dibiarkan tanpa dirawat apa-apa, dan sangkar jangan dibersihkan. Agak kejam ya! .
Burung sekali-sekali dilihat, apa makanannya masih ada atau tidak. Hal ini memakan waktu selama 1 atau 2 bulan. Pada suatu pagi, teman saya mengintip burungnya dari bawah kerodong, ternyata bulu-bulu sang burung sudah rontok total, dan setumpuk bulu burung sangat banyak di lantai sangkar.
Ternyata si burung, akhirnya berganti bulu juga, yang tentunya hal ini membuat senang teman saya. Sebulan kemudian, si burung kacer pun telah memiliki bulu baru, terlihat cerah dan mengkilat, dan tentunya siap dirawat kembali, seperti semula.

Setelah itu perawatan pun, kembali dengan mengatur pola makanan yang baik, memandikan dalam keramba, extra fooding yang normal. jangkrik 2 pagi dan 2 sore, serta kroto bersih secukupnya setiap hari.

Tulisan di atas berdasarkan pengalaman seorang teman.
Berhasil atau tidaknya tentunya mungkin berbeda pada setiap burung kacer. Tapi mungkin bagi teman kicauan yang sudah putus asa terhadap burungnya yang tidak mau rontok bulu, hal ini mungkin bisa dicoba.

Bukan menggurui, tapi sekedar berbagi pengalaman.
ok ya.. salam akrab dan salam kicau.


sumber foto: kumpulan.mywapblog
Para penggemar burung, sebagian pasti pernah memelihara burung Cendet atau Pentet, atau Toet. Burung yang cerdas ini memiliki tempat tersendiri di hati para penggemar burung kicauan di Indonesia. Di beberapa daerah di Indonesia burung Cendet ini sering disebut sebagai burung penunggu tamu. Pasalnya apabila telah dipelihara lama di rumah, burung Cendet ini selalu berbunyi apabila ada seseorang yang datang ke rumah. Burung ini seperti memberitahu kedatangan seseorang, atau sekedar menggonggong layaknya seekor anjing yang menjaga rumah pemiliknya.

Kebanyakan burung Cendet, memiliki kebiasaan Salto, yang bagi sebagian penggemar burung kicauan, adalah "menjengkelkan", karena menurut mereka merusak gaya burung ini. Bahkan ada burung Cendet yang karena keasikan ber "salto" ria, sehingga lupa berkicau. Pastinya hal ini membuat jengkel si pemilik burung Cendet ini, Padahal sudah dibeli dengan harga mahal, tapi ternyata setiba di rumah, seiring berjalannya waktu, hari ke hari, muncul kebiasaan salto burung cendet ini, yang tentunya berbahaya juga bagi burung-burung lain di rumah, yang biasanya gerak "salto" ini bisa ditiru oleh burung peliharaan lain.

Bagaimana cara menanggulanginya ?
Ini ada satu tips, yang pernah dilakukan oleh seorang teman, yang pernah memelihara burung Cendet dengan jurus "salto", awalnya katanya "lucu" melihat burungnya "salto". Tapi lama kelamaan, kok malah pusing melihat burung kesayangannya salto, yang setiap harinya justru semakin parah.
Jadi bagaimana ?

Setelah berbagai cara dicoba, seperti memberi karet, tali sampai akhirnya sangkar burung penuh dengan tali dan karet, dengan maksud menghambat gerak si burung cendet untuk bersalto. Tapi usaha ini gagal, malah si burung cendet tambah terampil saja "salto" nya.
Suatu pagi setelah memandikan burung kacer dan murai di keramba bak mandi burung, ia mencoba memasukkan burung Cendetnya ke dalam keramba mandi burung. Sehari 2 kali, pagi dan sore. Hal ini dilakukan setiap hari selama 1 minggu. Eh .. dengan dicobanya burung cendet masuk dalam keramba, ternyata kebiasaan "salto" nya berkurang, dan setelah 2 minggu tetap dimandikan dalam keramba, maka kebiasaan "salto" nya pun hilang sama sekali. Dan burung Cendet milik teman saya ini pun, kembali seperti sedia kala, pulih dan rajin berkicau lagi.

Menurut teman saya itu, yang penting jangan sekali-sekali memasukkan burung Cendet ke dalam sangkar burung yang berukuran kecil. Apabila hal ini dilakukan, maka burung Cendet akan mudah stress, dan hal ini lah yang bisa membuatnya ber "salto-salto" untuk menghilangkan kejenuhan dan stress akibat berada di sangkar yang kecil. Selain itu apabila menggantung burung Cendet, jangan sekali-kali menggantung sangkar burung cendet dengan sangkar burung lain yang burungnya suka salto, seperti jalak hitam, robin dan burung-burung lain yang punya kebiasaan salto.

Oke .... trims sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini.

Semoga bermanfaat.
Salam kicau.
Para penggemar burung kicauan, pasti mengenal burung Punglor Merah atau Anis Merah, setidak-tidaknya pernah mendengar nama burung ini.

Burung Punglor Merah, termasuk salah satu burung yang memiliki suara terindah. Keindahan suara burung ini bahkan bisa menyihir siapapun yang mendengarnya. Burung punglor merah ini memiliki kecerdasan yang sangat tinggi, sehingga tanpa diajari suara lain (dimaster) pun, burung ini bisa melantunkan suara yang berariasi, bahkan meniru suara-suara yang ada di sekelilingnya. Karena keistimewaan burung ini, maka harganya pun bisa melambung tinggi, sesuai prestasi dan kemampuan yang dimilikinya.

Burung punglor merah ini, bagi sebagian penggemar burung kicauan, ataupun bagi para pemula, termasuk burung yang susah bunyi. Burung ini memiliki tingkat stress yang tinggi, sehingga apabila perawatan terhadap burung ini tidak sesuai bagi sang burung, maka burung ini pun akan "ngambek", dan berhenti berkicau. Selain itu, apabila sangkar jatuh, pindah sangkar, extra fooding tidak sesuai, perawatan sembarangan dan beberapa penyebab lain, akan mengakibatkan burung ini berhenti berkicau.

Tentunya hal ini akan membuat sedih bagi pemilik burung punglor merah ini. Berhenti berkicau bahkan bisa selama berbulan-bulan. Sehingga kadang pemilik burung langsung menjual burung ini dengan harga yang rendah. Dengan perkiraan burung ini tidak akan berbunyi lagi.
Kemudian, beberapa kejadian, waktu membeli burung punglor merah di pasar burung dalam keadaan bunyi, tetapi ketika dibawa pulang ke rumah, mendadak burung ini tidak mau bunyi lagi, alias macet total.
Tentunya beberapa hal di atas akan membuat kecewa si pemilik burung.

Ada satu "cara" atau "trik" yang pernah diberikan seorang teman, tentang meng "kicau" kan burung punglor merah. Ketika saya menghubungi seorang teman, dan bercerita tentang burung punglor merah saya yang tidak mau berkicau, padahal sebelumnya burung punglor merah saya adalah burung yang rajin berkicau.

Burung punglor merah hanya minta diperhatikan segala keinginannya, dengan istilah lain dibuat senang hatinya.
Caranya:
Burung dikeluarkan jam 5.00 pagi, semprot sedikit dengan sprayer, berikan jangkrik 2 ekor serta kroto bersih sedikit, lalu digantung di gantangan setinggi kira-kira 4 sampai 5 meter sampai jam 7.00 pagi.
Setelah itu burung diturunkan dan langsung masukkan ke keramba mandi burung. Biarkan burung mandi sepuasnya-puasnya sampai berhenti sendiri, ditandai dengan loncat ke kiri dan ke kanan. Setelah itu, berikan lagi jangkrik 2 ekor serta kroto bersih sedikit, kalau ada berikan cacing kecil seekor, lalu burung di jemur di gantangan setinggi 4 -5 meter tadi, sampai jam 10.00. Setelah itu burung diturunkan dan gantung di tempat sepi, misalnya di belakang rumah, yang jarang lalu-lalang manusia.
Sore hari, jam 4.00 sore, burung dimandikan lagi, dan berikan jangkrik 2 ekor, lalu jemur sebentar sampai kering, lalu kerodong dan dimasukkan ke dalam rumah, di ruangan yang tidak ada burung lain.
Jam 8.00 malam, burung dikeluarkan, lalu semprot lembut dengan sprayer sampai agak basah (jangan kena muka burung). Setelah itu berikan jangkrik 2 ekor dan gantung di teras rumah, biarkan sampai jam 5.00 pagi (tapi tempat harus aman, biar tidak dicuri orang). Setelah jam 5.00 pagi, keluarkan burung dan lakukan seperti cara-cara semula sampai seterusnya.
Mudah-mudahan dengan cara ini, dalam 3 - 7 hari, niscaya burung akan kembali berkicau, biasanya mulai jam 2.00 malam burung akan kembali melatih kicauannya.

Maaf, bukan bermaksud menggurui, tapi sekedar berbagi pengalaman.
Semoga bermanfaat.
Salam kicau.
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!